Rabu, 17 Februari 2016

Rindu menyapa senja 2


Oleh : Ragil Ajeng Pratiwi

Entahlah, puisi apa yang akan ku buat..
Entah benar atau tidak, keadaan yang benar membawaku saat ini..
Biar tanpa ku edit, bahwa benarlah adanya tulisan ini..
Meskipun harus 1000 tahun lagi kamu harus membacanya..
Tak urung merubah
Kaulah tetap fajar mentari yang seakan memberikan sinar pada gelapku..
Bagiku kedatanganmu, lakyaknya sepatu kaca yang terlepas dari cinderrela..
Perasaan yang awalnya acuh, namun kini menjadi candu..
Kamu tau sebab mengapa? Kamu layak sepatu kaca cinderrella..
Itulah pertanyaanku, yang mampu kau jawab..
Senjapun tau, rindu telah mencinta
Maka datanglah hujan berserta pelanginya..
kaulah karangan dalam pelangiku..
Biarpun pada akhirnya ku merugi pada cinta..
Namun ku lepas duka bahwai ku mampu membuat puisi lepas perasaanku..


Selasa, 16 Februari 2016

Rindu mencinta senja

Oleh : Ragil Ajeng Pratiwi


Rindu, penyampai senja lewat ketenanganya di sore hari. rindu tak bearti  tanpa senja, maupun sebaliknya. Ada yang disayangkan, karena senja tak mengenal rindu yang akan selalu nampak bila ketenangan datang. bahwa rindu dan senja adalah berjuta perasaan didalamnya. Karena dengan menyembunyikan pada senja, rindu mengira dia tidak akan takut kehilangan senja beserta ketenangan yang selalu diharap rindu pada senja. Pelangipun selalu berharap agar senja tau, bahwa adanya kebahagian senja dan rindu, maka datanglah hujan ditengah-tengah hiruk pikuk di sore hari. Dengan itu, pelangi yang sebagai dewa amor itu memunculkan keindahannya setelah hujan menengah i senja dan rindu. selalu ada pertanyaan, bagaimana bisa rindu menyembunyikan senja, sehingga di sore hari tak ada hujan maupun pelangi yang membahagiakan itu?